Kutemukan sahabat yang sungguh melengkapi hidupku. Sahabat yang selalu ada disetiap sisi hidupku. Ketika aku merasakan rasa ‘nano-nano’ dalam hidup, mereka ada. Suatu ketika, aku merasa kecewa kepada salah satu sahabatku yang begitu tega melakukan ‘hal itu’ padaku dan pada dua sahabatku yang lain. Kupikir, kami sudah sangat menjadi bagian penting dalam hidupnya yang tak mungkin akan ia sakiti dengan sengaja. Namun, aku sungguh salah telah menaruh kepercayaan sebesar itu yang menyebabkan aku sangat merasa bersalah pada ayahku dan pada kedua sahabatku itu. Aku ingin sekali memaki-makinya, menumpahkan segenap amarahku yang meletup-letup. Amarah yang sungguh membakar jiwaku, menghancurkan kepercayaan yang sudah kuberikan selama bertahun-tahun. Huh, super duper Mangkelin & Jengkelin! Namun, aku sama sekali tak sanggup untuk mengatakan satu katapun yang mengisyaratkan amarahku itu. Hanya seuntai senyum dan kata-kata manis yang cukup meyakinkannya bahwa kami baik-baik saja. Aku tak habis pikir, kenapa aku tak bisa memaki-makinya atau sekedar menegurnya. Namun ya sudahlah, kupikir semuanya memang harus seperti itu. Sampai saat inipun hubungan kami masih baik-baik saja. Dan aku hanya berharap semoga sampai kapanpun juga semuanya akan baik-baik saja — persahabatan kami akan terus terbina. Ya Allah maafkanlah aku yang saat itu sempat marah.